Sayyidi Syaikh Kadirun Yahya Muhammad Amin al-Khalidi an-Naqsyabandi
wafat tahun 2001 saat di Panca Budi Medan
wafat tahun 2001 saat di Panca Budi Medan
Sidi Syeikh Kadirun Yahya lahir tahun 1917 di Pangkalan Brandan, Sumatera Utara. Prof. DR. Sidi Syeikh Kadirun Yahya M.Sc, seorang Syeikh Mursyid Thoriqoh Naqsyabandiyah yang mempunyai banyak murid di beberapa wilayah Nusantara.
Syeikh Kadirun Yahya diangkat oleh Syeikh Hasyim menjadi khalifah Naqsabandiyah tahun 1950. Menjelang Syeikh Hasyim wafat pada tahun 1954 beliau sudah secara diam-diam menurunkan dan mewariskan segala ilmunya kepada Syeikh Kadirun, begitu juga sekalian pusaka yang beliau terima dari Jabal Kubis, Statuten, bendera-bendera kerasulan serta pusaka-pusaka lainnya termasuk cincin kesayangan.
"Akhirnya Syeikh Hasyim wafat, dan keluarga serta murid-muridnya bertangisan. Tetapi lebih kurang empat jam kemudian ia bangun lagi dan menyuruh orang mencari Syeikh Kadirun. Ketika dia datang, sang guru berkata, 'Aku tadi telah meninggal empat jam, tetapi aku permisi pada Tuhan Allah untuk hidup kembali agak sebentar, karena ada lagi yang lupa yang belum aku turunkan pada anak'. Beberapa hari lagi setelah ilmu terakhir ini diturunkan, sang guru berpulang ke rahmatullah." Ini merupakan keanehan ke-6 yang diceriterakan oleh murid-muridnya. (Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqsabandiyah di Indonesia, Penerbit Mizan, Bandung, 1996, hal. l54).
Masih pada buku yang sama, halaman 155-156, dikatakan, "Kalimat Allah, yaitu ayat-ayat Al Qur'an, mengandung tenaga tak terhingga, tenaga nuklir pun belum apa-apa dibandingkan dengan tenaga llahi ini. Kebesaran dari pada Kalimat-kalimat Allah itu, untuk menyambut dan menghancurkan sekaligus, akan ancaman-ancaman bahaya maut bagi umat manusia seperti tersebut di atas! Kalau bukit-bukit dapat dilebur oleh ayat Al Hasyr 21. Dan kalau bukit-bukit dapat dibelah dengan ayat Ar Ra'du 31, pasti apa saja bisa dilebur oleh Kalimah-kalimah Allah yang Maha Agung, termasuk senjata-senjata atom dan nuklir dari negara-negara super power, sehingga bahaya 'kalimat' yang didatangkan oleh tenaga atom dan nuklir dapat dimusnahkan sama sekali…"
"Tetapi bagaimana metode untuk mengeluarkan tenaga tak terhingga dari Kalimah Allah?Disini letak rahasia dan kehebatan tarekat dan fungsi kunci seorang guru murysid pembawa wasilah. Caranya kata Prof. Syeikh Kadirun, adalah dengan mempergunakan frekuensi yang dimiliki Rohani Rasulullah yang hidup di sisi Allah. Huwal Awwalu wal Akhiru, frekuensi mana terdapat melalui frekuensi dari pada Rohani para Ahli silsilah termasuk Rohani Mursyid, sehingga dengan memakai frekuensi itu Rohani kita detik itu juga dapat hadir pada Allah SWT dan kemudian baru berdzikir, dengan baru pula menegakkan shalat. Dengan suatu kiasan fisika lainnya, tenaga Allah adalah ibarat listrik, dan wasilah, penghantar atau saluran manusia dan Allah melalui Mursyid dan Silsilahnya, serupa kawat listrik."
Untuk tujuan-tujuan tertentu ia memakai sebuah tongkat seperti tongkat Nabi Musa. Dengan tongkat ini ia dapat langsung memusatkan energi Ilahi ke arah obyek yang ditunjukkannya; ia bisa mematikan yang hidup dan menghidupkan yang mati. Untuk tujuan-tujuan lain, air atau batu krikil kecil yang sudah disalurkan padanya Kalimah Allah dapat dipakai sebagai kondensator yang berisi energi Ilahi yang sama. Tentu saja bukan sembarang yang bisa membuat air Tawajuh atau batu sijil tersebut. Itu hanya dapat dilakukan oleh seorang Syeikh Kamil Mukammil, yang sudah meninggal, yaitu Syeikh yang rohaninya sudah mencapai frekuensi sama dengan frekuensi Nur Muhammad yang ada di sisi Allah SWT.
Air Tawajuh tentu bisa dipakai untuk mengobati segala penyakit. Dan menurut pengakuan umum, pengobatan Syeikh Kadirun cukup berhasil. Tetapi sang Syeikh pernah mengaku memakai air dan krikil untuk tujuan spektakuler. Ketika gunung Galunggung meletus dan menimbulkan banyak kerusakan, tahun 1982, Syeikh Kadirun dimintai tolong untuk mengatasi bencana alam ini. Segenggam batu sijjil yang dilemparkan dari sebuah helikopter ke bawah gunung Galunggung, ternyata cukup untuk menghentikan letusannya. Waktu masih ada pemberontakan komunis di Malaysia, Syeikh Kadirun pernah dimintai tolong oleh Datuk Hamzah Abu Sammah, Menteri pertahanan negara tetangga ini untuk membasminya, setelah segala cara lain gagal. Air dan kerikil yang diisi Kalimatullah, sekali lagi ditebarkan dari udara dengan helikopter, berhasil menumpas gerombolan pemberontak di hutan rimba.
Air tawajuh Syeikh Kadirun pernah pula dipakai dalam perang Irak-Iran: selama beberapa tahun, Duta Besar Irak terus meminta bantuan Syeikh Kadirun, dan pada masa itu pasukan Irak memang maju terus.