Jumat, 18 Juni 2010

Karomah Para Sahabat Nabi SAW.



Karomah Abu Bakar Shiddiq

Dari Aisyah r.a, beliau berkata :

“Abu Bakar Ash Shiddiq pernah memiliki dua puluh gantang buah kurma yang diberikan kepadaku. Ketika saat kematiannya tiba, maka ia berkata; “Wahai putriku, tidak seorang pun yang lebih kucintai dan lebih aku takuti kesusahannya darimu, dulu aku pernah berikan kepadamu dua puluh gantang buah kurma, kalau dulu telah engkau pakai, tentunya aku tak akan mempersoalkannya, tetapi pada hari ini harta itu akan jadi harta waris setelah aku tiada. Harta itu boleh engkau bagi dengan kedua saudara lelakimu dan kedua saudara perempuanmu, bagilah harta

waris itu menurut hukum Kitabullah.” Kata Aisyah: “Maka aku berkata: “Wahai ayah, kami tidak keberatan untuk membaginya, tetapi putrimu hanya Asma dan aku, maka siapakah putrimu yang lain?” Kata Abubakar: “Kini ia masih dalam perut ibunya,

yaitu Habibah binti Kharijah ibnu Zaid, kulihat, ia adalah perempuan.”

Setelah ia wafat, memang benar yang lahir adalah anak perempuan, ia diberi nama Ummu Kaltsum binti Abubakar.

Abu Bakar ash-Shiddiq memberitahukan bahwa bayi yang berada dalam kandungan istrinya adalah perempuan. (Rujuk: Karomatul Auliya’, Oleh al-Laalika’i, hal. 117)

Sayidina Umar bin al-Khaththab dapat melihat pasukan kaum muslimin padahal ia sedang berada di atas mimbar di Madinah dan pasukan sedang berada di Nahawan di wilayah Masyriq, di mana pada saat itu beliau menyerukan kepada pasukan itu, “Wahai pasukan, (berlindunglah ke balik) bukit.” Pasukan itu pun mendengarnya dan dapat memahami arahan dan Umar sehingga dapat selamat dan tipu muslihat musuh.

Bahkan kholifah yang pertama-tama dijuluki amirul mukminin ini, pendapatnya sering selaras dengan wahyu yang kemudian turun kepada Rosul SAW. (misalnya pendapat beliau tentang tawanan Badar, tentang pelarangan Khomr, tentang adzan, dan sebagainya).


Dari Abu Saeed Al-Khudri, beliau berkata : “Pada suatu malam ketika Usaid ibnu Khudhair sedang membaca Al Qur’an di pekarangan rumahnya, tiba-tiba kudanya melonjak-lonjak, sampai ia menghentikan bacaannya. Kemudian ketika ia melanjutkan bacaannya lagi, anehnya, kudanya melonjak-lonjak lagi, sampai ia menghentikan bacaannya. Kata Usaid: “Maka aku takut kalau kudaku menginjak Yahya, putraku. Ketika aku berdiri, tiba-tiba aku lihat di atas kepalaku ada naungan cahaya dan ia membumbung ke atas lambat-lambat sampai menghilang dari pandanganku.